”Panasnya....”
Siang itu seperti
hari-hari sebelumnya, dan seperti siang-siang sebelumnya kota ini teramat
senang menyapa para penghuninya dengan kilauan sang raja siang yang aduhai
teriknya. Semut pun lebih memilih berdiam di rumahnya yang pengap ketimbang
berebut sisa remah roti di tepian jalan simpang tempat berkumpulnya para semut.
Burung-burung yang mengicau riang pun hampir tak terdengar gemuruhnya bila
mentari semakin dalam sengatannya. Satu-satunya irama yang tak pernah absen adalah
kendaraan yang dikemudikan tiada henti di jalan. Terkhusus kendaraan beroda
dua, atau lebih sering kita menyebutnya motor. Ya, para pengendara motor ini
merajai jalanan di Kota Semarang. Motor inilah yang dipilih sebagian besar umat
semarang untuk mengantar dan menemani aktivitas mereka, dan seperti mayoritas
umat semarang, kami pun demikian. Memilih motor untuk mengantar kegiatan kami
mendroping tiga beasiswa adik-adik pilihan dari SMA Kolose Loyola dan SMA Nusa
Putera. Ya, komunitas Coin a Chance! Semarang
kali ini bekerja sama dengan Coca Cola
untuk turut menyukseskan porgam peduli pendidikan untuk anak-anak yang
mempunyai keinginan semangat dan mimpi yang tinggi dalam menuntut ilmu, namun
mengalami kesulitan dalam biaya. Sebenarnya uang dari pihak Coca Cola belum cair, tapi karena komitmen Coin a Chance! Semarang dan kegiatan sekolah sudah mulai berjalan, maka coin dropping dilakukan dengan uang kas yang ada.
Tepat pukul 12.30 WIB
rombongan kami sampai pada sebuah gedung sekolah dengan aksen Belandanya yang
masih kental, SMA Kolose Loyola. Kami langsung memarkir motor dan bergegas
menemui para guru yang akan membantu proses droping
beasiswa ini. Tak ketinggalan orang tua murid dari Adi Budiman yang sengaja
kami undang untuk menyaksikan penyerahan beasiswa Adi (sapaan akrab). Hanya
lima menit kami menunggu Adi untuk hadir bersama kami. Adi, terpilih menjadi
adik asuh Coin a Chance! Semarang tak
lepas karena semangat dan mimpinya untuk besekolah yang tinggi. Berbekal
sepeda, setiap hari Adi melewati jalanan ramai dan menanjak sepanjang lima
kilometer. Ibunda Adi sehari-hari
menjajakan sarapan untuk warga sekitar dibantu oleh suami. Adi terseyum ramah
pada kami, wajahnya tak mampu menyembunyikan kebahagiannya, dan matanya memancarkan
spirit yang tinggi. Tak salahlah kami memilih Adi menjadi adik asuh kami.
Setelah menjelaskan progam beasiswa dan tetek bengeknya, kami menutup dengan
berfoto bersama. Success and be the best, Adi. J
Adi (nomor 4 dari kiri) bersama ibu, guru wali, dan tim Coin a Chance! Semarang
Beralih ke Loyola, kita berjalan sebentar menuju SMA
Nusa Putra yang tak jauh dari SMA Loyola tempat adik asuh kita yang kedua
Michael Santoso (Michael) dan Yunita. Saat itu jam isirahat sudah selesai tidak
ada suara gaduh dari murid. Kami berjalan ke ruang guru yang terletak di lantai
dua, melewati kantin sekolah yang terlihat sangat lenggang. Seperti halnya di Loyola,
penyerahan beasiswa juga dibantu oleh pihak sekolah dan di hadiri oleh orang
tua murid. Kami duduk berputar, titik fokus mata kami ada pada dua bocah laki-laki
dan perempuan yang agaknya sedikit deg-degan, dikelilingi oleh banyak orang.
Yunita memiliki pembawaan yang riang, terlihat dari bagaimana ia tersenyum.
Keaktifannya di gereja dan kegiatan keagamaan lainnya telah menjadi bukti, sedangkan
Michael lebih pemalu. It's no problemo, kalian tetap anak-anak yang baik, pintar, penuh semangat dan pantas mendapatkan
beasiswa ini. Ibu Yunita adalah seorang seorang ibu rumah tangga tangga
sedangkan Ibu Michael berjualan makanan kecil di depan rumahnya. Saat ibu mereka
mengucapkan terimakasih untuk kami, ada rasa haru yang bergetar dalam hati
kami. Perasaan lega karena bisa turut membantu sesama. Bukan karena kami hebat,
karena receh yang terkumpul adalah hasil dari para rekan-rekan yang yang
bersedia menyisihkan rejeki Tuhan, dan Tuhan masih memperlihatkan luas
cintaNya untuk saling berbagi pada sesama mahluk, hangat.......
Michael dan Yunita (nomor 3 dan 4 dari kiri) bersama ibu, guru wali, dan tim Coin a Chance! Semarang
Kegiatan hari itu di tutup
dengan senyum, doa dan harapan yang tiada henti supaya semakin banyak anak-anak
yang bisa bersekolah, meraih masa depan mereka tanpa perasaan was-was akan
kekurangan biaya. So, jangan berhenti memberi teman! Seperak dua perak receh
kita, sangat berarti untuk mereka. Salam krincing J
written by : Dania Sindy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar