Tentang Semarang Coin a Chance!

kami

Semarang Coin A Chance! merupakan lanjutan sebuah gerakan sosial yang diawali di Jakarta pada tanggal 18 Desember 2008. Melalui gerakan ini, kami berusaha mengajak kawan-kawan, kerabat, keluarga, juga para netters (blogger, plurker, facebooker…) untuk mengumpulkan ‘recehan’ atau uang logam yang bertumpuk dan mungkin jarang digunakan. Uang yang terkumpul akan ditukarkan dengan ’sebuah kesempatan’ bagi anak-anak yang kurang mampu agar mereka dapat melanjutkan sekolah lagi

Jika kamu atau kenalanmu kebetulan mempunyai setumpuk ‘recehan’ atau uang logam yang rasa-rasanya tak akan dipakai untuk berbelanja dan sudah tak muat lagi disimpan di dalam dompet, ayo tukarkan koinmu dengan kesempatan melanjutkan sekolah bagi anak-anak yang kurang mampu!
Jika kamu bergabung, kesempatan yang dimiliki anak-anak Indonesia untuk bersekolah kembali akan lebih besar, lho..!

Cerita dari CAC Voluntary Building

    Jam 8 ya aku jemput”
     “ Maaf telat nih kayaknya, macet”
     “ Sepuluh menit lagi nyampe”
     “ Merapat”
     Sepenggal percakapan kami menuju Jogja. Sekali lagi yah pake huruf besar pake cetak tebal plus bonus cetak miring JOGJA. Hehehehe, sorry bukannya kami nggak pernah ke kota gudangnya seni itu, tapi buat kami hari itu, 8 Desember 2012, adalah sangat spesial karena kami akan bertemu dengan keluarga kami, saudara seplasenta kami, teman seperjuangan kami, Coin A Chance! Jogja. Benar sekali hari itu ada acara Coin a Chance Voluntary Building, alias temu sedulur Coin  A Chance! Semarang-Jogja.
     Pukul 08.30  delapan pendekar koin dari Semarang ( Sebenernya ada satu lagi yang ikut tapi dia dari arah solo berangkatnya) meluncur lenggang, dipimpin oleh Rosi sang sopir dadakan kami. Semoga lancar dan selamat, doa kami dalam hati.
     Setelah melewati lika liku perjalanan selama tiga jam lewat dikit yang diselingi, obrolan, tawa, ngemil, mampir pom bensin buat isi bensin dan ke toilet, tidur, ngemil lagi, sampailah kami pada tujuan kami, tepatnya di Omah Jawi  daerah Kaliurang Jogja yang dem adem, berrrrr!!!
     Oke setelah berfoto narsis, leha-leha bentar, makan cemilan acara resmi pun dimulai. Kami para pendekar koin Jogja and Semarang dimasukan dalam sebuah aula dan duduk setengah melingkar. Ada kejutan kecil, ternyata ada juga pendekar koin dari pulau seberang, Coin A Chance! Palu, Mas Oki, Mbak Anita dan 2 anaknya. Makin lengkap lah serunya acara kita.
     Mas Anto selaku tuan rumah dari CAC Jogja sekaligus pendiri Coin A Chance! Jogja, membuka kegiatan kami, yang intinya adalah voluntary building ini nantinya diharapkan bisa menambah semangat para volunteer untuk lebih kekeuhin niat dan action di dunia sosial bersama Coin A Chance! Acara ini juga difasilitasi oleh tim Up Training Management, yang terdiri dari Mas Dono, Mas Dedy, Mba Nenes, Mas Tomy, Mas fajar, and Mas Nanda. Nah, mereka inilah yang bakalan sharing pengalaman mereka yang sudah melanglang buana di dunia sosial beserta tips untuk menjadi seorang volunteer.
     Kata Mas Nanda pada suatu titik, kesungguhan kita menjadi seorang aktivis sosial akan mengalami dilema yang kadang datang dari orang terdekat dan diri sendiri. Contohnya Mas Nanda sendiri yang sudah bergerak di bidang sosial selama delapan tahun yang belum lama ini mendapat pertanyaan dari ibunya Mas Nanda yang sampai membuat Mas Nanda menghilang selama dua bulan,
“Mau sampai kapan kamu seperti ini? Kapan kamu kayak orang lain yang punya pekerjaan tetap dan berumah tangga”. Segala tekat, niat dan segala kesungguhan kita pada akhirnya akan dipertanyakan dan diuji.
     Cerita lain juga dialami oleh Mbak Karlina salah seorang dari perintis Coin A Chance! Jogja. Pada masa awal-awal berdirinya mereka, pada saat mereka mulai merintis Mbak Karlina harus sementara sendiri mengurusi coin a chance dan kegiatannya. Soalnya Mas Anto dan Mas Ade, pencetus Coin a Chance! Jogja, mendapat panggilan kerja di luar kota. Stress, pengin berhenti, itu sempat terlintas di kepala Mbak Karlina, sampai akhirnya Mbak Karlina dengerin lagi jingle Coin A Chance! yang membuat Mbak Karlina buat nggak bisa nyerah. 
          Tepikan anggapan receh remeh
         Mungkin tidak kau sadari
         Sesuatu yang kecil lebih berarti
     Di sela-sela para tim ahli membagikan pengalaman dan tipsnya, mereka juga mengadakan games yang bikin acara makin seru. Malam itu makin akrab ketika kita semua belajar jingle Coin A Chance! rame-rame. Dan di akhir malam terbentuklah empat kelompok bernama cing-cing, hardjawi, kuning, and achengz. Kelompok ini nantinya akan berkompetisi, siapa yang bakal menang?? Baca selanjutnya aja yuk?
******
     Pagi pun tiba, masih ngantuk, masih dingin, tapi tetep harus bangun! Acara pagi dibuka di pelataran Omah Jawi. Sebelum mengawali outbound, kami berdoa bersama, dan dilanjut dengan pemanasan dulu, alias senam pagi. Tiba-tiba sedikit firasat nggak enak muncul begitu tim dari Up Training Management menyuruh kami untuk mengisi plastik dengan air, masing-masing orang dikasih sepuluh. Padahal jumlah peserta mencapai tiga puluh orang. Kebayang banyaknya kan? Kalau dijual jadi es nih, lumayan kalo satunya seribu berarti seribu kali....... Ups, sorry malah ngitung untung dagang. Hehehehehe.
     Tepat pukul delapan lewat dikit acara outbond digelar. Gonggggg! Dalam permainan ini kami harus melewati empat pos. Setiap satu pos satu regu akan melawan satu regu. Dan untuk menambah semarak permainan ini kami disuruh menyanyikan terlebih dahulu yel-yel kami secara bebarengan. Terjadilah keributan mendadak. Hahaha.
     Pos satu ada tebak ranjau, yang dipimpin oleh Mas Dedy yang suka banyol tapi ganti diusilin sama temen-temen akhirnya jadi sebel sendiri. Jadi bentuknya seperti kotak-kotak yang harus dilewati masing-masing dari regu satu satu. Kelompok mana yang bisa sampai duluan melewati kotak demi kotak, dia yang akan menang. Masalahnya kita nggak tahu kotak mana saja yang bisa menjadi jalan tol kita ke tujuan. Jadi ya asal nebak aja. Kalau salah kasih lipstik di muka, centrang....
     Pos dua ada Mas Dono, nah pos ini nih yang kayaknya simple, tapi paling nggilani. Jadi nih, ada sepuluh kotak yang disediakan dari panitia. Masing-masing dari kotak ada angka satu sampai lima. Dari sepuluh kotak itu kita bisa milih lima kotak mana saja. Peraturannya, wajib menghabiskan segala jenis rupa makanan dalam kotak rahasia itu. Nggak boleh muntah, nggak boleh sisa. Harus habis!! Kalau yang beruntung sih enak, kalau yang apes ya udah deh babat habis cabe, pete, terasi, bawang, dan sejenisnya yang lazimnya menjadi bumbu masak. “Yang satu ini suka berjalan di siang hari dan banyak ditakuti orang, sekali menggaggu dia, akan dihajar berhari-berhari”. Salah satu klu dari Mas Dono pada sebuah kotak yang ternyata isinya pete, agak lebay memang.





     Sebagian besar kelompok mengatakan pos tiga itu pos terasik dan terseru. Di pos tiga dipimpin oleh Mbak Nenes yang paling cantik. Di sini kita kembali ke zaman kecil, kita bakal main-main air. Ceritanya nih masing-masing tim harus mengambil air dan menyalurkan air dari gelas ke gelas yang disangkutin ke kepala dan berakhir di botol jumbo aqua. Ditambah kita juga nggak boleh ngomong, jadilah air-air dalam gelas kemana-mana, nyiram muka, baju, sampai celana, kabarnya ada yang sampai dalam-dalamnya ikutan basah juga. Hihihihi

     Pos terakhir atau pos keempat, dipimpin oleh Mas Nanda. Pos paling kreatif karena kita dituntut untuk membuat mainanan dari menara pakai sedotan. Satu regu dipecah sementara jadi dua, buat ngerjain dasar menara dan puncak menara. Menara yang paling tinggi dan mampu menahan berat telur, adalah yang akan keluar jadi juaranya. Selama proses pembuatan juga nggak boleh ada kontak bicara antar regu pembuat dasar dan puncak menara.
     Dan akhirnya setelah melewati perjuangan yang cukup panjang, memeras keringat, membanting tulang, tapi tetep aja belum sekuat Gatot kaca (apa hubungannya???), tim yang akhirnya menjadi juara satu adalah......Jeng jeng jeng jeng  dum dum dum dum dum dum dum, H. A. R . D. J . A . W.. Disertai dengan tangis, peluk, dan sujud syukur dari para pemenang sambil garuk-garuk tanah. Yang ini bohong, alias lebay. Hehehe :p, dan untuk runner-upnya diraih oleh, cik icik icik icik......A. C. H. E. N. G. Z
     Ini belum berakhir teman, masih ada satu tantangan satu lagi yang membuat kami semua nggak akan melupakan gathering ini. Jadi, kami bertiga puluh orang harus melindungi dua lilin yang diibaratkan lilin satu adalah kakak asuh, dan lilin kedua adalah adik asuh. Dimana dua lilin ini harus kami bawa di jejeran kayu mirip api unggun yang terletak di halaman depan camp kami. Padahal tantangan ini berada lumayan jauh dari halaman depan. Aturannya,  satu lilin mati, nggak boleh diterusin jalan. Harus dinyalakan lagi dengan sumbu yang sudah disediakan.

     Akhirnya kami sepakat membuat formasi lingkaran dengan satu orang menjadi pemegang dua lilin. Dan Mba Krista kami percayai untuk membawa dua lilin sedang yang lain melingkari Mba Krista sambil melindungi kedua lilin supaya tidak mati. Cewek-cewek di lingkaran dalam, dan cowok-cowok di lingkaran luar. Beberapa baju anak cowok juga dilepas untuk melindungi lilin dari arah atas.
Perjalanan pertama menuju target, G. A. G. A. L. Lingkaran kami masih sangat bolong-bolong dan kurang merapat sekali. Akibatnya serangan air dari panitia yang bersumber dari plastik air yang kami isi ( tuh kan firasat buruknya bener ), semakin besar untuk masuk dan akhirnya mematikan lilin kami. Dari perjalanan pertama kami, kami juga belajar bahwa ketika kita berhenti dan fokus pada serangan air mereka, mereka justru semakin bernafsu menyerang kami.
     Perjalanan kedua. Formasi sedikit diubah Mbak Ristha sebagai pusat lilin digantikan oleh Mas Nono yang berjalan berjalan berjongkok, dan Mas Anto yang langsung melindungi lilin dari arah atas dengan membungkukan badannya. Seluruh baju anak cowok juga wajib dilepas untuk menepis serangan plastik air dari panitia. Lingkaran semakin merapat, dan kami terus berjalan, tak pusingkan serangan air mereka. Kami semakin mendekati finis, dan akhirnya masih gagal. Kedua lilin mati.
     Perjalanan ketiga, kami semua semakin bertekad untuk melindungi si lilin. Bila di perjalanan kedua lingkaran kami masih sedikit bolong, di perjalanan ketiga kami semuanya merapat. Langkah kami juga semakin dipercepat, dan kami yakin plastik air mereka juga semakin menipis. Nggak boleh gagal lagi. Cepat cepat cepat, lilin ini harus segera sampai. Dan pada perjalanan ketiga kami, lilin kami tetap tidak bisa sampai di puncak target, tapi kami sudah sampai di titik aman. Yang artinya kami berhasil, yeahhhhhh music we are the champion.



     Acara kemudian di tutup dengan foto bersama dan pemberian ucapan kepada sesama pendekar koin, salam krincing.............
     Pukul dua belas tiga puluh kami berpamitan untuk pulang menuju kota kami. Masing-masing dari kami membawa kenangan dan kesan yang nggak akan bisa dilupakan, kebersamaan, kekompakan, komitmen, action, adalah perangkat wajib dari sebuah tim yang handal. Sampai ketemu lagi sedulur Jogja dan Palu, sampai dengerin cerita kami lagi teman-teman.
Salam krincing!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar