Tentang Semarang Coin a Chance!

kami

Semarang Coin A Chance! merupakan lanjutan sebuah gerakan sosial yang diawali di Jakarta pada tanggal 18 Desember 2008. Melalui gerakan ini, kami berusaha mengajak kawan-kawan, kerabat, keluarga, juga para netters (blogger, plurker, facebooker…) untuk mengumpulkan ‘recehan’ atau uang logam yang bertumpuk dan mungkin jarang digunakan. Uang yang terkumpul akan ditukarkan dengan ’sebuah kesempatan’ bagi anak-anak yang kurang mampu agar mereka dapat melanjutkan sekolah lagi

Jika kamu atau kenalanmu kebetulan mempunyai setumpuk ‘recehan’ atau uang logam yang rasa-rasanya tak akan dipakai untuk berbelanja dan sudah tak muat lagi disimpan di dalam dompet, ayo tukarkan koinmu dengan kesempatan melanjutkan sekolah bagi anak-anak yang kurang mampu!
Jika kamu bergabung, kesempatan yang dimiliki anak-anak Indonesia untuk bersekolah kembali akan lebih besar, lho..!

Adik Asuh Baru di Awal Tahun 2013

Baru.... baru... baru... baru...
Ada yang baru dari kami "Coin a Chance Semarang"
Bukan seragam
Bukan sulap bukan sihir (nggak nyambung)

Siap-siap ya...........
Teman-teman, kakak-kakak, adik-adik, Om, Tante, Bapak Ibu, Oma, Opa, tahan nafas kalian untuk mendengar kabar bahagia dari Coin a Chance Semarang, awas jangan sampai kentut! Hehehe.....





Yeah....!! Januari kemarin Coin a Chance Semarang kembali menambahkan adik asuh baru nya, dan kalian tahu... berapa jumlahnya???... "Empat....!!!" (Baca dengan nada paling keras, sampai tetangga bilang "tolong-tolong ada yang gila..." hehehe....). Naah..! Keempat adik asuh itu, kita pilih dari SMK N 7 (STM_Pembangunan) yang berlokasi di jantung Kota Semarang, "Orang Semarang Pasti tahu sekolah itu seperti apa...." di sekolah itu ada adik asuh kita "Selvya Rahmawati", kemudian ada yang di SMP Walinsongo namanya dek "Ayu Yuniarti dan Elma Krismonika", terus ada juga yang di SD Pedurungan Kidul 04, dan lokasi SD itu jaaauh dari pusat Kota Semarang, persis di sisi Timur Kota Semarang dekat Pintu Air Banjir Kanal Timur yang katanya Horor itu. Nah... disitu ada adek kita yang selalu juara kelas dari kelas 3 sampai sekarang kelas 6 namanya dek "Sella Setiawati" "Horeee... Beri applause buat dek Sela...!!" dan di daerah itu juga kami menemukan Cerita dari Rumah Kayu yang sudah di ceritakan sebelumnya, dirumah Kayu itu dek Selvya Rahmawati dan dek Sella Setiawati tinggal.

Kebanyangkan gimana perjuangan kakak di Coin a Chance Semarang milih adik asuhnya.... 

Karna kami lebih percaya Fakta dari pada Data....

Oya...pada tahu g' kenapa awal Tahun 2013 ini kami langsung mengangkat 4 (Empat) AdikAsuh?... 

Mau tahu... atau mau tahu banget??...


Coin a Chance Semarang nambah 4 adik asuh sekaligus itu... karna kami dapat kepercayaan dari Kak Ayu dan teman-temannya yang udah nyisihkan sebagian Rejeki nya dan mau membiaya pendidikan 3 dari 4 adik asuh yang kami pilih, dengan kata lain jadi "Donatur Coin a Chance Semarang", hingga lulus SMA/SMK. 
Alhamdulillah..... 
Makasih Kakak Ayu....
"Semoga Tuhan, ALLAH SWT memberikan Rejeki yang berlimpah buat Mba' Ayu dan kawan-kawan..." Amin...

Setiap sesi coinDropping adik asuh baru, pasti ada kisah yang menginspirasi...


Tanpa panjang lebar lagi....

mari kita baca dengan seksama... Jangan lupa tisunya di siapin...
Setelah kakak-kakak melakukan survei, wawancara dan bla...bla...bla.. di minggu ke-2 bulan Januari kami langsung melakukan CoinDropping, pertaman di SMK N 7 (STM Pembangunan) dan di lanjut ke SMP Walisongo. Kakak-kakak yang ikut di acara CoinDropping coin a chance! Semarang ada Mas Jaril, Mba' Ayu (Donatur yang di ceritain tadi...), Mba Yeyen, Karina, dan Sindy. Lumayan banyak yah, walaupun tetep dimana-mana lebih banyak ceweknya. Nggak papa Mas, cowok harus tetep eksis kok. Hidup emansimasi cowok! Hehehehe.....


dalam foto : Jarir, Walikelas dek Selvya, Guru Kesiswaan, dek Selvya Rahmawati, Kepsek SMK 7, ibu Tari (ortu dek Selvya), Kak Ayu, Kak Yeyen, Kak Sindy, yg ambil foto Kak Karlin.


  Selalu ada cerita yang unik, dan  menyentuh setiap kami mendrop beasiswa buat adik-adik yang istimewa. Ya..., mereka inilah  para guru kehidupan untuk kami.


Cerita pertama datang dari (bu' Tari) orang tua Selvya Rahmawati di SMK 7, yang membuat kami semua harap-harap cemas karena tak ada kabar, padahal kami sudah menunggu satu setengah jam. Adalah suatu ritual bagi kami, agar proses droping pertama disaksikan oleh orang tua, wali kelas/pihak yang mengurusi serta kepala sekolah supaya nantinya tidak terjadi kesalahpahaman dari bantuan yang kami berikan, serta bantuan ini bersifat terbuka. Dan akhirnya setelah kami menunggu dengan  sabar dan bercucuran keringat, orang tua dari dek Selvya pun datang. Ban bocor, HP rusak (Nggak usah diperpanjang gimana kejadiannya yah, hehehe....).

Selvya ini juga kakak dari adik asuh kita yang bernama Sella. Mereka sama-sama pintar dan bersemangat, bedanya Selvya sedikit lebih cerewet ketimbang adiknya. Nah, Selvya ini walaupun sekolah di SMK cita-citanya adalah menjadi dokter. Dalam usianya yang masih sangat muda dan dengan keadaan ekonomi keluarga yang sangat pas-pasan Selvya memutuskan untuk bersekolah di SMK agar nantinya dia bisa bekerja lebih cepat dan hasil kerjanya nanti sebagian akan Selvya tabung buat biaya kuliahnya di kedokteran. Wuih...,keren yah!!  Masih muda, berani bermimpi, dan berjuang untuk meraihnya.

Adegan selanjutnya cukup mengaharukan, Bu Tari selaku orang tua Selvya tak henti meneteskan air mata, karna rasa bahagia yang menghampirinya. Sebagai pahlawan keluarga yang sehari-hari hanya bekerja sebagai buruh cuci, rasa harunya pun tak terbendung lagi melihat masih adanya orang-orang yang peduli dengan nasib orang-orang seperti beliau. Bagaimana dia berjuang untuk kelima anaknya, dan bagaimana dia berusaha mati-matian untuk membiayai pendidikan anak-anaknya di tengah segala keterbatasan yang ia punya. Susah, senang, bahagia, duka, bercampur jadi satu....


Tak jauh beda dari cerita orang tua dek Selvya, orang tua dek Elma dan dek Ayu pun cukup menguras air mata. Ibu dek Elma yang sehari-hari bekerja sebagai penjual Es (disaat cuaca panas) milik orang lain di dekat SMA10 yang hanya berpenghasilan 30rb/hr tak jarang pulang dengan tangan kosong, demi menyiasati agar anak-anaknya bisa makan, beliau rela meminta kepada peziarah di pemakaman umum Bergota. Sedangkan Ibu dek Ayu yang bekerja sebagai pemilah "Rosok" di daerah pecinan dan buruh serabutan di pasar Johar Semarang, Mereka sama-sama berjuang di atas kemiskinan, untuk merebut kembali cahaya kehidupan dengan pendidikan yang baik untuk anak-anaknya. Sekalipun Elma dan Ayu sedikit pendiam, tapi mata mereka menyiratkan keinginan belajar yang tinggi. Tetap semangat adek!!!!

Bersyukurnya kami, baik dari pihak sekolah SMK 7 Semarang dan SMP Walisongo, bisa bekerja sama dengan baik dan sangat mendukung gerakan kami. Juga berharap makin banyaknya adik-adik asuh yang kami bantu. Mengandalkan pemerintah saja untuk menyelesaikan sebuah masalah tidaklah akan cukup. Sekarang bukan zamannya orde baru guys, yang sangat tergantung pada Pemerintah. Peran aktif dari kita, walaupun kecil akan sangat mambantu.
Seperti biasa acara kami, ditutup dengan foto bersama adik asuh........





Memasuki minggu ke-3 awal, kami langsung melakukan droping lagi buat adik asuh kita, Shella dari SD Pedurungan 3.
Hari itu Semarang dilanda Hujan besar, akibatnya acara kami mundur sampai tiga jam sambil menunggu hujan bisa dihalau tim kami. Rencanya dari kakak CAC Semarang akan ada enam manusia yang ikut, sayangnya karena kendala cuaca kami pun hanya berempat dengan kondisi yang masih hujan. Ada Mas Jaril, Sindy, dan anggota baru kami Mba Fitri dari earthour beserta supir sekaligus teman setianya Mas Wawan. Berkat Mba Fitri, kami boleh bernafas lebih lega, Mba Fitri membawa mobil untuk menuju ke lokasi terget. Biasanya kami pendekar koin hanya berbekal motor dan angkot. Hehehehehe.
Sampai di sana sekolah sudah sepi. Ternyata sekolah ada acara sehingga anak-anak dibubarkan lebih cepat dua jam dari biasanya. Walhasil Shella dan orang tuanya dipanggil lagi ke sekolah, untungnya rumah mereka tak jauh dari sekolah.
Kali ini Bu Tari tidak sendirian ada suaminya, dan dua anaknya yang kecil-kecil. Bu Tari masih saja menangis, Shella masih saja dengan raut muka datarnya, tapi hari itu di tengah hujan yang tak berhenti, kehangatan dalam berbagi mampu menyelimuti dinginnya cuaca.
Sekali lagi guys, kalau kita ingin berbuat baik, kita bisa dayakan apa yang kita miliki, uang, tenaga, waktu, dan hal lainnya yang tak terbatas. Berbagi itu sangat indah teman J
So, sekali lagi dan akan berkali-kali kami undang teman-teman semua untuk bergabung bersama coin a chance! Semarang. Bermula langkah kecil, receh. Sampai jumpa di episode berikutnya.....
Salam krincing!!!!!!

 by : Dania Sindy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar